10/26/2008

Kontroversi Hadits "Usia Pernikahan Aisyah"

PERNIKAHAN NABI DENGAN AISYAH

Mitos Kuno Tentang Usia Pernikahan Siti Aisyah RA
Seorang teman kristen suatu kali bertanya kepada saya, "Akankah anda menikahkan saudara perempuanmu yang berumur 7 tahun dengan seorang tua berumur 50 tahun?" Saya terdiam.
Dia melanjutkan, "Jika anda tidak akan melakukannya, bagaimana bisa anda menyetujui pernikahan gadis polos berumur 7 tahun, Aisyah, dengan Nabi anda?" Saya katakan padanya, "Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaan anda pada saat ini." Teman saya tersenyum dan meninggalkan saya dengan guncangan dalam batin saya akan agama saya.

Kebanyakan muslim menjawab bahwa pernikahan seperti itu diterima masyarakat pada saat itu. Jika tidak, orang-orang akan merasa keberatan dengan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah.

Bagaimanapun, penjelasan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang naif dalam mempercayainya. Tetapi, saya tidak cukup puas dengan penjelasan seperti itu.
Nabi merupakan manusia tauladan, Semua tindakannya paling patut dicontoh sehingga kita, Muslim dapat meneladaninya. Bagaimaanpun, kebanyakan orang di Islamic Center of Toledo, termasuk saya, Tidak akan berpikir untuk menunangkan saudara perempuan kita yang berumur 7 tahun dengan seorang laki-laki berumur 50 tahun. Jika orang tua setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, walaupun tidak semuanya, akan memandang rendah terhadap orang tua dan suami tua tersebut.

Tahun 1923, pencatat pernikahan di Mesir diberi intruksi untuk menolak pendaftaran dan menolak mengeluarkan surat nikah bagi calon suami berumur di bawah 18 tahun, dan calon isteri dibawah 16 tahun. Tahun 1931, Sidang dalam oraganisasi-oraganisi hukum dan syariah menetapkan untuk tidak merespon pernikahan bagi pasangan dengan umur diatas (Women in Muslim Family Law, John Esposito, 1982). Ini memperlihatkan bahwa walaupun di negara Mesir yang mayoritas Muslim pernikahan usia anak-anak adalah tidak dapat diterima.

Jadi, Saya percaya, tanpa bukti yang solidpun selain perhormatan saya terhadap Nabi, bahwa cerita pernikahan gadis brumur 7 tahun dengan Nabi berumur 50 tahun adalah mitos semata. Bagaimanapun perjalanan panjang saya dalam menyelelidiki kebenaran atas hal ini membuktikan intuisi saya benar adanya.

Nabi memang seorang yang gentleman. Dan dia tidak menikahi gadis polos berumur 7 atau 9 tahun. Umur Aisyah telah dicatat secara salah dalam literatur hadist. Lebih jauh, Saya pikir bahwa cerita yang menyebutkan hal ini sangatlah tidak bisa dipercaya.

Beberapa hadist (tradisi Nabi) yang menceritakan mengenai umur Aisyah pada saat pernikahannya dengan Nabi, hadist-hadist tersebut sangat bermasalah. Saya akan menyajikan beberapa bukti melawan khayalan yang diceritakan Hisham ibnu `Urwah dan untuk membersihkan nama Nabi dari sebutan seorang tua yang tidak bertanggung jawab yang menikahi gadis polos berumur 7 tahun.

Bukti #1: Pengujian Terhadap Sumber

Sebagian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari bapaknya, yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini.

Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, di mana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.

Tehzibu'l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : " Hisham sangatbisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq " (Tehzi'bu'l-tehzi'b, Ibn Hajar Al-`asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).

Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: " Saya pernah diberi tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq" (Tehzi'b u'l-tehzi'b, IbnHajar Al- `asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50).
Mizanu'l-ai`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup pada periwayat hadist Nabi saw mencatat: "Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok" (Mizanu'l-ai`tidal, Al-Zahbi, Al-Maktabatu'l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).

KESIMPULAN:
berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah buruk dan
riwayatnya setelah pindah ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.

KRONOLOGI: Adalah vital untuk mencatat dan mengingat tanggal penting dalam sejarah Islam:
Pra-610 M: Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu
610 M: turun wahyu pertama Abu Bakr menerima Islam
613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat
615 M: Hijrah ke Abyssinia.
616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.
620 M: dikatakan Nabi meminang Aisyah
622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian dinamai Medina
623/624 M: dikatakan Nabi saw berumah tangga dengan Aisyah


Bukti #2: Meminang
Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.

Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: "Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyahh dari 2 isterinya " (Tarikhu'l-umam wa'l-mamlu'k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara'l-fikr, Beirut, 1979).

Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan Al- Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, Yaitu 3 tahun sesudah masa Jahiliyahh usai (610 M).

Tabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat Jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikah. Tetapi intinya Tabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.

KESIMPULAN: Al-Tabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.


Bukti # 3: Umur Aisyah jika dihubungkan dengan umur Fatimah

Menurut Ibn Hajar, "Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun... Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah" (Al-isabah fi tamyizi'l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu'l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).

Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.

KESIMPULAN:
Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.


Bukti #4: Umur Aisyah dihitung dari umur Asma'
Menurut Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd: "Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah (Siyar A`la'ma'l-nubala', Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu'assasatu'l-risalah, Beirut, 1992).

Menurut Ibn Kathir: "Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]"
(Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).

Menurut Ibn Kathir: "Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut iwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun" (Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: "Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H." (Taqribu'l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi'l-nisa', al-harfu'l-alif, Lucknow).

Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisih usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah 622M).

Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada taun dimana Aisyah berumah tangga.

Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun.

Dalam bukti # 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18..?

KESIMPULAN: Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.


Bukti #5: Perang BADAR dan UHUD
Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l-isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.

Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama`a'lrijal): "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]."

Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud dan Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza'b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."

Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (b) Aisyahikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN:
Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

BUKTI #6: Surat al-Qamar (Bulan)

Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: "Saya seorang gadis muda(jariyah dalam bahasa arab)" ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, Kitabu'l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa'l-sa`atu adha' wa amarr).

Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir
ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane's Arabic English Lexicon).

Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karena itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.

KESIMPULAN: Riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.


Bukti #7: Terminologi bahasa Arab
Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: "Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)".
Ketika Nabi bertanya tentang identitas gadis tersebut (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.

Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun.

Kata yang tepat untuk gadis belia yang masih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaimana kita pahami dalam bahasa Inggris "virgin".
Oleh karena itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah "wanita" (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath
al-`arabi, Beirut).

Kesimpulan:
Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah "wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan." Oleh karena itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.


Bukti #8. Text Qur'an
Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur'an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?

Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat, yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur'an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid diaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri.

Ayat tersebut mengatakan : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Dan
ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kimpoi.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. ?? (Qs. 4:6)

Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslim
diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan "sampai usia menikah" sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.

Disini, ayat Qur'an menyatakan tentang butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka.

Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun. Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tersebut secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah.

Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambil tugas sebagai isteri.

Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa Abu Bakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun.. Sama
sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan,"berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?" Jawabannya adalah Nol besar.

Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?

Abu Bakr merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur'an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau
akan menolak dengan tegas karena itu menentang hukum-hukum Quran.

KESIMPULAN: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karena itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.

Bukti #9: Ijin dalam pernikahan
Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.

Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.
Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras tentang persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.

Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.

KESIMPULAN:
Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami tentang klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karena itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.

Summary:
Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 9 tahun, Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah SAW dan Aisyah ketika berusia 9 tahun. Orang-orang arab tidak pernah keberatan dengan pernikahan seperti ini, karena ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.

Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 9 tahun oleh Hisham ibn `Urwah tidak bisa dianggap sebagai kebenaran, dan kontradisksi dengan riwayat-riwayat lain. Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisham ibn `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibn Anas, melihat riwayat Hisham ibn `Urwah selama di Iraq adalah tidak reliable.

Pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka kontradiksi satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami internal kontradiksi dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 9 tahun ketika menikah adalah tidak reliable karena adanya kontradiksi yang nyata pada catatan klasik dari pakar sejarah Islam.

Oleh karena itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 9 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih jauh, Qur'an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab.

copas dr beberapa sumber yg kalau dikumpulkan akan menjadi banyak sekali…


(Sumber : http://tegakluruskelangit.blogspot.com/2008/10/kaum-liberalis-bahu-membahu-dengan_26.html)

10/19/2008

Tembokku, Menjulang Mencakar Langit

Pagi yang cerah
Berbanding terbalik dengan aura
Yang mendung

Terpekur sendiri di ruang kecil ini
Berteman internet & suara sang rocker yang telah almarhum
Yang bergaung kencang di seluruh ruang hati

Ku bangun tembok ku
Setinggi bintang dilangit
Setebal awan diangkasa

Tak ada yang kuperbolehkan masuk ke dalam sini
Aku hanya ingin sendiri!!!
dalam 'tembok'ku...

Sendiri di dalam sini
Berteman dan berdamai dengan hati nurani
Berhenti sejenak dari segala penat

Sendiri...ya, hanya sendiri dalam tembok ini


na..na..na...na....
dan Gito Rollies feat Gigi, setia menemani



cinta yang tulus di dalam hatiku
telah bersemi karenaMu
hati yang suram kini tiada lagi
tlah bersinar karenaMu

biarkan hujan membasahi bumi
atau bulan yang tiada berseri
namun jangan kau biarkan cintaku
yang tulus suci hanya padaMu

semua yang ada padaMu
ohh...
membuat diriku tiada berdaya
hanyalah bagimu untukMu Tuhanku
seluruh hidupku

semua yang ada padaMu
ohh...
membuat diriku tiada berdaya
hanyalah bagimu untukMu Tuhanku
seluruh hidup dan cintaku



Pagi di Bekasi, 19 okt '08

10/15/2008

Kesempurnaan dalam Memahami

"Nggak ada manusia yg sempurna,
kita lah yg harus bersikap sempurna
dalam menghadapi setiap kekurangan orang lain..."


begitulah. salah satu statement yg akhir2 ini
slalu saja meluncur manis dari bibir seorang bidadari dunia,
bunda ku.... (^_^)

terkadang kita menilai kekurangan-kekurangan orang lain
maupun kekurangan-kekurangan diri kita sendiri
tak ada habisnya memang
karna itulah fitrahnya manusia

mau bagaimana lagi...
'lha wong udah bawaan orok'
gitu kali yah kasarnya ;p

Kejadian pahit di masa lampau
mengajariku banyak hal

mungkin awalnya aku merasa
dipaksa bersabar
dipaksa tuk ikhlas
dipaksa tuk selalu mencoba tuk memahami...
[yg memaksa -> keadaan]

tapi, akhirnya ku merasakan
betapa kesabaran, keihklasan, dan memahami,
memang berbuah manis
meskipun perjuangan kearah sana sangat panjang....
Paling tidak, buah manis itu berbentuk
sebuah ketenangan nurani

ikhlas
nothing to lose
'zero mind'

totalitas dalam bertindak
dan jangan pernah mengharapkan apapun!!!!



Bekasi, 15 oktober '08



10/12/2008

Cinta itu Memberi - Gratis, & Memahami

Seseorang yg bisa dikatakan senior
menasehatiku panjang lebar tentang apa itu cinta.

Memberi - Gratis - Memahami

tiga kalimat itulah inti percakapan panjang lebar itu.

"Cinta itu memberi, Fir... tanpa pamrih [gratis]. Jangan pernah berharap
bahwa pasangan harus mengikuti apa yang kita mau. Jangan berharap
bahwa dia harus memenuhi kebutuhan kita..." begitu kira2 inti kata-katanya.

Esensi dari sebuah hubungan adalah memahami.
Jangan jadikan dia alat untuk memenuhi keinginan kita.
Misal, cemburu.

Ketika kita cemburu, kita tak ingin pasangan kita dekat dengan lawan jenisnya yang lain.
Selain kita.
Ketika kita tidak ingin dia dekat dengan orang lain selain kita, itu adalah kebutuhan kita.
Jangan paksa dia untuk memenuhi kebutuhan kita.
Jangan berharap dia berubah seperti yang kita mau.
Itu bukan hakikat sebuah hubungan....

Intinya berhubungan itu kan "Memahami"
"Cinta itu Gratis, Fir.... Cinta itu GRATIS!" ia menegaskan berkali-kali

kata-katanya terngiang-ngiang dikepalaku hingga detik ini

Ya, mungkin aku pernah menjalani hubungan yang childish
Terlalu berharap banyak...
dan aku pun telah belajar banyak dari kejadian-kejadian itu...

AKu merasa muak dengan orang yang mengeluarkan kata-kata
"masih mau mencari yang lebih baik.."

kadang aku berfikir ekstrim terhadap orang seperti itu
"APAKAH KAMU SESEMPURNA ITU SEHINGGA TERUS SAJA MENCARI YANG LEBIH BAIK..?", batinku.

"Apakah kamu tak tahu makna kata "LEBIH"
sehingga kamu menganggap, dengan berpegang pada
'mencari yang LEBIH baik" itu,
suatu saat kamu akan menemukannya..?"

LEBIH-LEBIH-dan LEBIH

tak akan pernah ada habisnya
tak akan pernah ada hentinya
Bahkan para rasul & malaikat pun tidak sempurna!!!

"BERSYUKURLAH dengan yang kamu miliki, sehingga Allah SWT akan menambah kenikmatan bagimu.."
tidakkah kamu ingat janji Allah itu....?????

Ya..cinta memang gratis...
jangan pernah berharap apapun padanya...
Ikhlaskanlah... maka Allah SWT akan memberikan yang terbaik bagi kita :)

10/11/2008

Silaturahmi ke Kebayoran Lama

Kemarin [jumat,10 okt '08], aku bertandang ke KONTAN
bertepatan dengan acara ultah ke-12 Tabloid KONTAN.

Senang rasanya merasakan kembali atmosfirnya
Bertemu teman-teman, redaktur, mantan atasan ;p

Tak banyak yang ku lakukan disana
Hanya menyalami satu-satu setiap orang yang kutemui
[hampir smuanya kali...:D]
Bersilaturahmi sekaligus memanfaatkan moment syawalan...

Ada yg kaget melihatku,
Ada yg komentar "ciyeh...cewek kantoran sekarang dandan". ha..ha.. ;p
Ada jg yg bikin sesi infotainment.... hi..hi... khas KONTAN bgt.
Banyak juga yg bilang "koq tambah kurus...???" [masa sih??]
Yang bikin heboh, ada yg ngomentar "sekarang makin wangi aja nih.." [dan diikuti heboh se ruangan-di daerah blok redaktur... ha..ha... ;p]

Hmh.diatas jam 7 malam itu.
Semua orang sedang dikejar deadline.

KONTAN tidak banyak berubah.
Masih nyaman...
Masih tempat kerja yg paling PW menurut ku.. :D

Merasakan kembali duduk di 'lounge' makan (yang AC ny maknyos, sambil liat LCD ntah apa tuh acaranya). sambil ngobrol dengan mbak ika, mbak tanti, mas asnil yg sibuk bikin GOSIPPPPPP... en beberapa orang lainnya...

Beberapa kawan yg semakin item. he...he...
Ipeh n rella yg tampak makin makmur :D
Hampir stiap orang pegang HP E71 jatah kantor, dan sibuk curhat : 'iya nih sekarang kebanyakan hp jadi ribet' . hi..hi.. ;p

Mas umar yang ngasi kabar klo istrinya udah 'isi' satu stengah bulan.. [smoga lancar sampe persalinan...]
Mbak ika yang lagi hamil 10 minggu, tapi malah makin kuruZ... [makan yg banyak Mbak....]
Mbak lia yg dulu tomboy, skarang lebih feminim dengan gaya rambut baru nya yg 'segi' sebahu dan digerai... [gitu dunk, lebih cantik ;)]

Sempet pepotoan sama rella n eflin.. de el el...
Ktemu mas-mas OB yg slalu mensupport kebutuhan perut kami-kami di KONTAN [maap klo pesen makanan suka rewel. he..he...]
Papa marga yang masi kalem... n say thanks to me atas kiriman sms pantun ku waktu lebaran;p
Mbak mesti yg masi sibuk ngedit-ngedit tulisan [tapi sambil nyomot brownies ku jg sih :D .]

Mas arif yg makin chubby. ha..ha.. :D
Mbak titis yg tetep tenang dan tidak menarik 'reksadana' nya sambil tenang-tenang aja meskipun bursa anjlok ;p
Ayah kuwh - mas wawan ;p, yg ternyata ngeMC ny gokil jg...
Wah..wah..banyak lha yg ku kunjungi..

Mengamati meja kerja ku waktu itu...
Tempelan tulisan "YOU" yg memotivasi, yg ku print dan ku tempel di Hard disk kompie sebelah kiri, masih ada di tempatnya!
Tempelan doa orang yg terzholimi [hi..hi..berlebihan;p], masih pula menempel manis di layar monitor!

Thanks bro.. (waduh sempet kenalan tapi lupa namanya, cowok yg skarang nempatin meja ku)
tempelan nya masi bertengger disitu :D

He..he... senangnya menghirup kembali atmosfir KONTAN
Meskipun cuma sebentar...

(^_^)

'6 Taon Bekasi - Riau'


"Ka, tadi teh Indah dari rumah..."

Sms dari adikku pada 7 Okt hari itu, membuatku kaget.

Betapa tidak, kabar terakhir, sahabatku [Indah] yg ada di Riau itu tak jadi ke Jakarta karna bapaknya masuk UGD.

Koq tau-tau dari rumah.... batinku.

Dengan perasaan sedikit bete karna dia kerumah ga bilang-bilang, ku tlp lah dia...


Dan ktika ku dengar suaranya di sebrang sana, heboh lah kami berdua [orang sekantor sampai tahu kalau aku hari itu janjian sama Indah ;p].

Aku heboh bilang bete, karna stelah 6 taun ga ketemu, tau2 dia kerumah disaat aku tidak berada disana [pas lagi kerjaaaaa].
Bete, stelah dia bilang, sebenarnya sudah di Jakarta sejak 1 oktober, dan sudah kerumah Ajeng [sahabatku yg satu lagi], tapi sampai detik itu aku justru baru tahu....
Dia bilang mau bikin kejutan....
Akh ya...aku memang benar-benar terkejut
APalagi ktika dia bilang "besok gw balik ke riau lagi, sa..." [she called me: rosa]
Dan dengan nada tambah bete aku berucap
"Bagus...6taun ga ketemu, kerumah ga bilang-bilang, udah gitu mau langsung ngabur ke Riau lagi.."

ha..ha... akhirnya acara dadakan itu pun terjadi.

Malam itu juga, kami [n Ajeng juga tentunya] janjian ketemuan....
Aku pribadi tak begitu terkejut melihat perubahan fisiknya. Karena selama 6 tahun ini kami selalu tetap berhubungan. Baik itu melalui tlp, sms, e-mail, FS,
bahkan waktu awal-awal dia pindah sekeluarga ke Riau, kami surat-suratan! ;p

Yang berubah, mungkin karna dia sekarang sudah bawa buntut, alias 'suami' :D [poto kami bertiga diatas ini suaminya Indah yg jadi fotografernya;p]
Inilah misteri Illahi, Indah yg paling bontot diantara kami bertiga, justru nikah paling duluan!!
Dan dia yang dulunya paling kurus diantara kami bertiga, skarang jadi paling 'ndut'
he...he.... ;p ;p ;p
Blok M Plasa 7 oktober '08 malam itu, menjadi saksi pertemuan kami...
Kangen-kangenan, cerita-cerita, berisik... dan ga ketinggalan, foto-foto tentunya ;p
Hmh...Indahnya persahabatan...
Keep contact with your best friends!!! wherever they're...

10/04/2008

Laskar Pelangi - Semangat Belajar Sampai Mati

Subhanaallah...
Cerita Laskar Pelangi sungguh mengharu biru.
Inilah contoh karya terbaik anak bangsa
Baik itu penulis [Om Andrea Hirata] & Sutradara [Om Riri Riza]

Sungguh menginspirasi...
Beberapa pesan moral yang merasuk dalam sanubari...
Berikut beberapa list pesan moral "Laskar Pelangi" yang bisa kita ambil hikmahnya:

- Semangat belajar sampai keujung dunia, sampai akhir hayat
- Miskin tak menghalangi masuknya ilmu pengetahuan
- Miskin - tak berarti bodoh!
- Kebersamaan = persaudaraan
- Prestasi, tak selalu dapat diukur dengan angka & materi
- Semangat & optimis - dapat mematikan (atau mengalahkan) apapun yang kita anggap mustahil
- Jangan taruh cinta dan harapanmu pada sebuah kotak kapur.. [he.he...]
- Iklim berbagi ilmu pengetahuan (as we now @ knowledge management system)

Ada juga beberapa hal yang menarik. Misalnya Lintang yang sangat cerdas. Tapi karena nasib kurang berfihak padanya, tak bisa pula lah Ia menamatkan SD nya.
Sedangkan Ikal, yang biasa saja, jurstru bisa sekolah hingga ke Paris.

Hidup memang pahit....
Tapi Allah Maha adil. Yang otaknya tajam, akan mampu bertahan dalam keadaan apapun. Maka Lintang pun demikian.
Ikal, yang berotak biasa saja, diberi keberuntungan, hingga mampu ke Eropa. Suatu hal yang tak pernah Ia sangka...

The last but not least... & makes the deepest effect in my mind:
"Hidup adalah memberi sebanyak-banyaknya
Bukan menerima sebanyak-banyaknya"


Karya seni yang mengagumkan tak selamanya harus mengumbar 'pornografi&pornoaksi!". Laskar Pelangi telah membuktikannya!

(^_^)

Tanpa Macet, Sopir Gemuk!


Apa hubungan antara Macet vs Sopir Gemuk?

Ada.

Inilah statement yang spontan diucapkan Sopir kebanggaan kita.. (he..he..lebai deh...) Pak Solahudin.


Jumat,3 Okt '08 beliau seperti biasa, mengantarkan kami-kami ini ke kantor.


Berangkat dari Bulak Kapal-Bekasi, jam 5.35 pagi. Penumpang cuma 1, yaitu: saya seorang.

Karena orang-orang sebagian besar masih cuti lebaran.... [nasib anak baru, blom dapet jatah cuti].


Seperti inilah Bulak Kapal pagi itu ... [lihatlah gambar sebelah] --->
Sepiiii sekaliiii. Tanpa macet. Tanpa hiruk pikuk kendaraan & manusia yang biasanya setiap hari (ternyata) membuat pak sopir frustasi [stress syndrom on the road - red].
Pagi itu damai, aman, tentram... Dan pak sopir pun tersenyum bahagia... tertawa... hingga melontarkan kalimat:
"Kalau jalanan sepi begini tiap hari, sopir bisa gemuk"
Sambil menyunggingkan senyumnya dengan puassss.....
Dan hari itu pun berlalu.... ada tambahan beberapa penumpang lagi di depan. Tapi memang tak seramai hari kerja biasanya...
Hmh...ternyata macet sangat-sangat melelahkan bagi para pengendara...