1/08/2010

Hati yang Senang, Iman yang Menang

Sholatullah, Salamullah, ‘Ala thoha Rosulillah
Sholatullah, Salamullah, ‘Ala yasin..Habibillah...

Hidup ini tak akan lama
dunia ini fatamorgana
Penuhilah amal yang mulia
Agar mendapat tempat di surga

[Sholatullah, Salamullah....]

Wahai manusia tua dan muda
Ingatlah mati di depan mata
Amal mulia masuk ke surga amal durhaka
Masuk neraka

[Sholatullah, Salamullah....]

Hidup senang bukan banyak uang
Hidup senang hatinya tenang
Hati yang tenang hati yang senang
Hati yang senang iman nya menang

*kutipan lagu qosidahan yg nggak sengaja nemu di HP



Saat tiba-tiba merasa sangat malas, tak bergairah, tak ber passion dalam hal apapun,
Tubuh ini rasanya seperti seonggok benda tak berakal
Yang hanya punya naluri untuk melamun serta bermimpi
Ya, hanya mimpi
Mimpi yang samasekali tidak diniatkan untuk menjadi kenyataan
Mimpi yang ujung-ujungnya masuk tong sampah mungkin...

Duduk dan mengutak-atik file-file di hp
Bermaksud mendengarkan musik yang sesuai suasana hati
AHAAA!!! Tiba-tiba menangkap file Qasidah
Lagu lama, saya rasa...

Sudah lamaa sekali rasanya tak mendengar lagu bernuansa doa
Teringat nenek buyut saya yang orang betawi tulen, yang dahulu selalu mengusap-usap kepala saya
Sambil menyanyikan sholawat
Waktu kecil, saya fikir shalawat nyanyian itu milik orang betawi
Karna saya hanya mendengarnya ketika sedang berada di lingkungan orang-orang betawi

Belakangan ketika beranjak dewasa bahwasanya
Nada yang menentramkan hati itu adalah shalawat
Subhanallah...

Ketika mendengar lagu shalawat dari HP, serasa ada “sesuatu” yang menyusup dalam dada
Mungkin tak ada bedanya ketika kita mendengarkan seseorang yang membaca Qur’an dengan sangat indah...
Bahkan dengan lagu shalawat yang teks nya sarat tausiyah ini,
“sesuatu” itu seolah terhujam lebih dalam ke dalam sukma...

Yah, “sesuatu” itu saya rasa semacam kesadaran akan celah iman yang mulai kosong dan merenggang
*akh, mungkin slama ini terlalu banyak diracuni lagu-lagu pop melankolis* fikir saya...
Tapi sungguh, teks diujung lagu itu seolah menguatkan sangkaan saya...

Yah..selama ini saya rasa celah iman yang renggang itu semakin besar seiring kesibukan mengejar “dunia”
Dulu ketika belum punya uang sendiri, “maunya kerja – dapat uang banyak – bisa beli apapun yang saya mau – bisa membahagiakan semua orang yang ada disekitar saya – dengan MATERI / UANG.”

Tapi itu salah besar. Nyatanya uang dan materi seringkali menjauhkan kita dari cinta sejati padaNya
Uang, materi, kekuasaan, jabatan, yang dulu –waktu jaman susah- kita impikan dan kita fikir mampu membuat kita bahagia itu, tak ubahnya sebuah pedang bermata dua
Menyenangkan di satu sisi, menyakitkan di sisi lain

Nyatanya banyak orang kaya tak bahagia
Nyatanya banyak orang yang ber”jabatan” & “berkuasa” justru merasa kesepian dan juga tak bahagia

Benar sekali kalimat lagu itu
Hati yang senang, hidup tenang, bukanlah terletak pada
Materi, jabatan, kekuasaan
Tapi itu semua kembali pada yang fitrah pada diri kita,
Yakni.... IMAN...
Hati yang Senang, Iman yang Menang

Rasanya ingin mengoleksi kembali lagu-lagu Qosidahan jaman dulu
Menghibur sekaligus memberi tausiyah (^_^)

NB: yang punya lagu2 qosidah jaman dulu, boleh si share ke email saya dunks... 