5/29/2008

Siapa Yang Memperjuangkan Nasib Wartawan?

Nasib jadi buruh (pekerja-red) kontrak.
Perusahaan punya hak sepihak untuk tidak memperpanjang kontrak.
Alasan rasional yang dikemukakan, 1001 macam tentunya.

Baru saja terjadi di depan mata.
Beberapa rekan senior, tidak diperpanjang kontraknya.

Entahlah....
Aku sendiri tak begitu paham alasan pastinya.
Yang jelas terdengar ramai dibicarakan,
banyak juga yang tak setuju kalau beberapa dari mereka tak diperpanjang..
karena memang beberapa orang dari yang di-kick itu dinilai memiliki kualitas bagus.

Alasannya, katanya kurang mencapai standar.
Dari tiga kali masa penilaian (setiap 4 bulan),
Seharusnya selalu dapat nilai A bulat! kalau mau diangkat jadi karyawan tetap.
Atau paling tidak, dua kali dapat A, satu B.

Akh... adakah manusia se perfect itu, bos...?????

Wartawan..betapa malang nasib mu.. (mengasihani diri sendiri!)
Kita selalu memperjuangkan nasib masyarakat, melalui tulisan2 kita.
Kita bisa dengan mudah mencegat seorang presiden sekalipun,
untuk menanyakan tentang suatu masalah.
Kita bisa bersikap sebagai 'devil advokate'
Ketika kita mereportase sesuatu yang berhubungan dengan rakyat banyak.

Tapi... ironisnya...
Ketika nasib kita sendiri diujung tanduk, siapa yg peduli?
Bahkan setahun mendabdi dengan loyalitas dan totalitas pun,
Nyatanya tak sanggup meruntuhkan momok 'di-kick' seperti itu.

Bukankah suara rakyat itu suara Tuhan?
Kalau suara yang bergaung adalah
Kesepakatan bahwa 'orang itu bagus dan berhak diangkat'
Maka, adilkah mereka diperlakukan seperti itu????

Mungkin bagi pemilik modal, lebih menguntungkan jika
Merekrut karyawan baru saja (untuk di kontrak),
ketimbang mengangkat (jadi karyawan tetap),yang masa kontraknya sudah habis.
Lebih menguntungkan dari sisi keuangan perusahaan.
Karena mengangkat karyawan baru artinya
Memberikan hak penuh kepada si karyawan yang baru diangkat.
Dan itu artinya, pengeluaran akan bertambah.

Tapi secara kualitas, nggak akan sebanding...
yang baru menggantikan yang lama itu khan...
Nggak bosen apa, harus selalu mengajari orang baru???


Lebih ironis lagi...
Sesama wartawan disini pun tak sanggup berbuat apa2.
Apalagi aku yang baru seumur jagung di sini.
Hanya bisa DIAM.
Berfikir 'kapan giliranku?'

Akh..ya...
Aku lupa.. ini jaman kapitalis, khan....
Apapun bisa terjadi...
Nasib pekerja...
Hyah.... berdoa sajalah...

Ya Allah...
Tunjukkanlah KeadilanMu...

Jakarta, 29 Mei 2008
21.00 WIB

5/22/2008

Gadis Kecil di Bus Kota

Tubuh mungil itu berjalan tertatih...

Rambut kusutnya berantakan

Mata setengah ‘sadar’

Celana krem selutut, kaos merah terang

Tak menjadikan keadaannya tampak lebih ‘layak’


Di dalam bus kota model jepang,

Dari ibukota menuju daerah penyangganya


Beberapa amplop lusuh dalam genggamannya

Satu persatu ia bagikan pada para penumpang bus


Tak ramai saat itu..

Namun cukuplah membuat gadis mungil itu kewalahan

Menjelajahi bus dari depan, hingga ujung belakang


Jalannya sempoyongan

Ditambah lagi laju bus yang tak karuan

Beberapa kali ia nyaris terjatuh karenanya

Namun, berkali-kali itu pula ia mampu bertahan


Miris hatiku mengamati

Si mungil yang tak mampu menyembunyikan kantuknya

Gadis kecil yang seharusnya sudah nyenyak dalam buaian

Justru masih berada di jalan

Mengarungi derasnya kehidupan


Sari, nama gadis mungil itu.

Ia membuat kami terpesona. Aku dan kedua temanku tak habis fikir.

Betapa anak se kecil itu (berusia 4 tahun)

Diatas pukul 10 malam masih mencari nafkah di jalan.

Kantuk yang mendera, tak dihiraukannya. Ku rasa, yang difikirkannya hanya satu: “Tugasku bagi-bagi amplop, sementara kakakku bernyanyi”.


Ya, memang, si mungil tak sendiri.

Eka, sang kakak yang tak kalah imutnya, tak sungkan bernyanyi

Sambil memainkan sendiri gitarnya.

Suaranya boleh juga...

Serak-serak basah, berkarakter, khas Indonesia


Setelah selesai melakukan aksi ‘panggung’ nya,

Si mungil kembali menarik amplop dari para penumpang

Lalu, terjadilah saat itu...

Saat dimana aku diperlihatkan,

Betapa anak kecil, yang ku kira lemah

Ternyata memiliki kekuatan tuk ‘survive’ yang luar biasa


Luar biasa...

Aku dan temanku terkagum dibuatnya

Ketika posisi gadis kecil ini di tengah-tengah bus

Dalam posisi dimana tangannya tak kan mampu

Menggapai sesuatu tuk dijadikan pegangan

Bus berguncang cukup keras

Dan bisa ditebak

Si mungil yang sudah lelah plus ngantuk ini

Semakin sempoyongan saja posisinya


Tapi ditengah guncangan itu

Anak yang terlihat sangat lemah seperti dia

Mampu bertahan

Tanpa berpegang pada apapun

Dia hanya mengandalkan kekuatan kakinya, kurasa...


Beberapa kali terguncang

Miring kanan miring kiri

Nyaris jatuh ke depan & ke belakang

Tapi nyatanya

Dengan sedikit gurat senyum di wajah lugunya

Ia mampu bertahan...


Hingga sang kakak ‘menyelamatkannya’

Dan menariknya ke tepi dekat bangku penumpang


Aku dan temanku terkagum-kagum menyaksikan adegan itu

Sang kondektur bus ikut nimrung

“Yah, namanya juga udah terbiasa dari kecil turun-naik bis”, ujarnya


“Rumahnya dimana, dik?” ujarku

“Di Perumpung,” ujar Eka, sang kakak.


Reflek, ku tak kuasa menahan diri

Tuk membelai lembut kepala mungil itu


Belaian.... Yah... belaian...

Mungkin mereka jarang sekali ya, merasakan belaian di kepalanya...

Sementara kepala mereka selalu di jejali

Pemikiran tuk bertahan hidup di dunia yang keras.... dan tak ramah


Bergelenglah kepalaku...

Tak habis pikir...

Betapa kejamnya dunia ini

Hingga membuat anak-anak ini

Berjuang mengarungi hidup yang begini keras...


Sekitar pukul 22 lewat saat itu...

Di pinggiran Uki...

Bisa disaksikan dengan mata-kepala sendiri

Betapa banyak anak seusia mereka

Masih berada di jalan

Dengan peralatan ‘tempur’ nya

Gitar dan alat musik lainnya...


Sejurus kemudian,

Pemikiran apatis ku mencuat ke permukaan


Ah...Indonesiaku...

Beginilah cerminan bangsaku....


Bekasi, 22 mei 2008

00.50 WIB


-Elfira Rosa J-

5/15/2008

Memberi & Menerima

"memberi tidak membuatmu jatuh miskin, menerima tidak membuat derajatmu turun"

Salah seorang sahabat menyematkan quote itu di FS nya.
Mengingatkan ku akan "pentingnya ikhlas" dalam melakukan segala sesuatu.

Bunda ku pun sring mengingatkan:
"Secuil saja rasa sombong& riya muncul dalam hati,
Hancurlah semua nilai ibadah yang telah kita lakukan"

Yah... ikhlas... sulit..memang sangat2 sulit...
Tapi Allah Maha Adil, khan..?
Ganjaran atas keikhlasan pun sangat2 besar..
Matematika & logika manusia pun tak sanggup mengukurnya

Memberi & menerima
Selalu bersinergi...
Berjalan beriringan, layaknya pasangan kekasih yang saling mencintai
Tak terpisahkan ruang & waktu

Ketika kita memberi... (memberi apapun itu)
Maka sebagai gantinya kita akan menerima

Memberi,
Cinta, persahabatan, kasih sayang, perhatian, sgala kebaikan..
Kan terasa jauh lebih indah
Tatkala kita memberi, tanpa mengharapkan 'menerima'

Apa yang sudah kita berikan pada orang lain, hari ini...?

Bekasi, 15 Mei 2008
08.30 WIB

Pengantin Kubur

Kita semua adalah calon Pengantin Kubur

malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Hari itu mempelai sangat dimanjakan
Mandipun harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka

Tak Ada sedikitpun rasa malu
Seluruh badan digosok dibersihkan

Setelah dimandikan
Dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Jarang orang memakainya
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita
Bagian kepala,badan dan kaki diikatkan

Keranda pelaminan langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian

Mempelai di arak
Menuju istana keabadian
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin
Berwalikan liang lahat
Saksinya nisan-nisan yg tlah tiba dahulu
Siraman air mawar pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya tiba masa pengantin
Menunggu dan ditinggal sendiri
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan

Malam pertama dg KEKASIH
Dia kan menetapkanmu utk nikmatNya atau siksaNya
Tentunya Kita berharap nikmatNya

5/09/2008

ada yang datang, ada yang hilang

apa harus slalu bgini yah...
kita nggak bisa dapat semua yg kita mau
ketika kita menginginkan 2 hal secara bersamaan,
kita hanya akan mendapat salah satunya.

atau,
ketika kita mendapatkan sesuatu yang sangat kita inginkan,
sebagai 'tumbal' nya, sesuatu yang lain yang sudah kita miliki,
akan pergi dari kita.

begitukah selalu?

tak bisa kah kita mendapat apa yg belum kita dapat
dan tetap mempertahankan apa yang sudah kita miliki?

tak bisakah kita memiliki keduanya secara bersamaan?

Ya Rabb.. berilah kebahagiaan secara utuh...
Jangan Kau buat aku bahagia di satu sisi,
sementara Kau buat ku menderita karena ku kehilangan
apa yang telah ku miliki sebelumnya...