8/30/2008

Sepi Sunyi di Tengah Keramaian

Panggung perayaan kemeriahan 17 agustusan masih hingar bingar
Tak jauh dari sini
Hanya beberapa meter saja dari tempat ku mengetik saat ini

Ntah mengapa aku justru malah memilih tempat ini
Bukannya di sisi panggung
Atau di lapangan itu
Bukannya berbaur dengan yang lain
Aku malah memilih menyendiri di depan kompie ini

Toh disini pun masih jelas terasa hingar bingar panggung itu, fikirku

Ingin menyendiri di tengah keramaian
Merasa tetap sendiri dan kesepian di tengah hingar bingar pesta rakyat

Autis...
Sendirian...
Disini....


Bekasi, 30 Agustus 2008
22.25 WIB

Marhaban Ya Ramadhan

Aku adalah manusia yang penuh harap

Setiap kali ku berharap, setiap kali itu pula aku termenung

“Akankah asa ini menjadi nyata?”

Jawabnya ada di dalam hati kecil ini

Mengapa hati?

Karna sesungguhnya

Hati ini yang akan membawa kita

Pada pencapaian segala harapan kita

Pertanyaanya, sudah puaskah kita meminta?

Sudahkah kita bersyukur atas nikmat yang telah sampai pada kita?

****

Ya Rabb...

Betapa sempurnanya Engkau ciptakan makhlukMu...

Ribuan syukur pun tak sanggup melukiskan

Kesempurnaan MahakaryaMu...

Ya Rabb...

Betapa rendahnya diri ini dihadapanMu...

Selalu saja meminta dan meminta lebih....

Maafkan hambaMu yang kurang ilmu ini...

Sehingga tak mampu mensyukuri segala nikmatMu...

Ya Rabb...

Maafkan hati ini yang seringkali

Merasa sulit untuk menerima takdirMu dengan Ikhlas

Ajari aku ’tuk ikhlas menerima segala ketentuanMu...

Ya Rabb

’Kan ku sambut RamadhanMu dengan senyum

’Tak kan lagi ku sia-siakan

Berilah aku kekuatan

’Tuk menjalankan Pesantren Iman Mu

Di Bulan penuh RahmatMu ini...

”Ya Tuhanku, janganlah Engkau tinggalkan aku seorang diri,

Dan Engkaulah waris yang paling baik.”

(QS Al-Anbiya, 21:89)

Marhaban Ya Ramadhan...

Note:

Saudara-saudari ku di bumi Allah,

Maaf atas segala khilaf

Mari kita sambut Ramadhan dengan hati yang bersih

Semoga kita mendapat keberkahan yang diRidhoi Allah SWT

Amin....

Cengkareng, 27 Agustus 2008

8/24/2008

Wartawan / jurnalis, profesi seksi

Wartawan : Profesi “seksi’

DETIK.COM (21-8-2008):

Bogor - Pertamina menargetkan pendapatan penjualan dari bisnis pelumas tahun ini mencapai Rp 5 triliun atau naik dari tahun lalu yang sekitar Rp 4,2 triliun.

Demikian disampaikan Head of Brand and Communication Lubricant Business Unit Pertamina Redesmon dalam Media Workshop di Hotel Salak, Bogor, Rabu (21/8/2008).

Yha…lagi-lagi yang beginian selalu saja jadi senjata para birokrat untuk mengambil hati media. Lihatlah cuplikan berita diatas. Bukan WHAT nya yang menarik bagi saya, tapi unsur WHERE nya itu lho yang menarik.

Hanya untuk mengumumkan ’press release’ semacam ini saja, mereka rela mengeluarkan dana yang sangat besar pastinya untuk membuat acara yang berkedok ”MEDIA WORKSHOP”.

Padahal, paling-paling isinya ya itu tadi, seputar PDKT n sekedar mencari simpati para wartawan saja.... Oh..wartawan... memang, profesi yang sangat seksi.... siapapun rela mendekat, berbaik-baik, agar mendapatkan publikasi yang baik.... berapa tuh dana yang dihamburkan untuk itu...????????

Baru beberapa bulan yang lalu pun saya mengalami hal seperti itu. Saat redaktur menghampiri meja saya dengan membawa undangan dari salah satu institute.... untuk acara ”penyegaran wartawan”, bu redaktur berkata : ”nih fir, buat refreshing,” ku fikir aku akan bersenang-senang disana, karena waktu itu juga nggak di request tuk nulis berita dari situ.

Tapi yang terjadi di sana adalah... haduh... mereka (panitia) mencoba ”mencuci otak” kami (wartawan-red), dengan memasukkan pemikiran-pemikiran kapitalis dalam materi acara...

Tak hanya itu, disana juga ada salah satu ’pemegang saham’ mereka, masuk mengisi acara dan lagi-lagi mencoba ’cuci otak’ kami dengan kampanye terselubungnya.... Untungnya wartawan-wartawan yang jadi peserta diacara itu cukup memiliki idealisme yang bagus sehingga pemikiran-pemikiran kami tak berhasil diracuni.

Yang ada, malam harinya kami semua berkumpul dan menyuarakan hal yg sama : ”acaranya nggak bermutu”. Penyegaran macam apa yang mereka maksud..... Judul di undangan hanya kedok agar media-media mau mengirimkan wartawannya....

Berhati-hatilah rekan-rekan journalist di seluruh Indonesia....

Jangan sampai idealisme ”the fourth estate” yang kalian rintis, luluh lantah ditelan materi yang tak seberapa....

Smangat buat PERS Indonesia!!!

I always love journalism...

Cengkareng, 21 Agustus 2008

15.50 WIB

8/13/2008

Miskin itu Keadaan, bukan Karakter!

"Miskin itu keadaan, bukan karakter!"

Kutipan kata itu terlontar dari pak "P", yang ikut rapat untuk proyek video training 'base clean maintenance' pesawat.

Kala itu inti rapat sudah beres, dan berlanjut membahas kondisi dunia penerbangan di Indonesia. Khususnya pelayanan bagian kebersihan. Sebagai orang baru di dunia ini, aku lebih banyak menyimak saja...

Hanya ada 3 bapak-bapak, plus aku.

Mereka bertiga membicarakan kualitas pramugari di Indonesia yang kebanyakan 'titipan' alias punya relasi dengan pejabat. Kasarnya, "anak-anak orang kaya" yang nggak biasa susah.
Padahal seharusnya menurut mereka, pramugari itu harus gesit. Seperti yang terjadi pada pramugari-pramugari penerbangan JEPANG.

Kalau di Indonesia, pak P nyeletuk: "Ya ampun, bekas kencingnya aja nggak mau bersihin"
Sedangkan pramugari Jepang, sangat gesit, saking gesitnya, seperti pembantu rumah tangga saja... semua dikerjakan.... Service nya sangat bagus! semua bersih!!!

Wow...

Informasi lain yang mengejutkanku.
Ternyata penerbangan di Indonesia lebih mengutamakan 'furnishing' yang mempesona, ketimbang performa engine pesawat yang baik.
"penumpang nggak peduli mesin. nggak keliatan. kalau mereka lihat pesawat bersih keseluruhan, nyaman, mereka akan merasa senang." ujar salah satu dari ketiga bapak2 itu.


Kembali lagi ke pernyataan awal tentang pramugari Indonesia...
Bapak-bapak ini berpendapat, pramugari yang berasal dari kelas ekonomi 'atas' ini memang lamban. tidak gesit. pilih-pilih kerjaan.

Menurutnya, "harusnya pilih yang dari keluarga menengah ke bawah, kerjanya bagus. anak orang kaya mah nggak biasa kerja." ujar salah satu dari mereka...

Ada satu yang tak setuju, menurutnya, kalau pramugari dari kalangan menengah kebawah, akan sulit beradaptasi dengan penumpang pesawat yg kebanyakan menengah keatas.

Hal itu dibantah lagi oleh pak P. katanya, masalah itu bisa dengan mudah di training. karena...
"Miskin itu keadaan, bukan karakter!"

Selama itu bukan karakter, bisa diubah dengan mudah. Adaptasinya akan sangat gampang. Yang penting penumpang diberikan pelayanan yang prima.

Yah semoga bisa terwujud ya Pak...

8/11/2008

Mereka Telah Berubah...

SOre itu aku terfana
mereka telah banyak berubah
padahal hanya beberapa bulan saja
kami tak berkomunikasi dengan intens...

yang satu telah menjadi perokok berat & senang dugem
yang satu lagi, bahkan tak peduli ku ajak shalat...

sungguh, aku merasa 'kecolongan'
aku tak tahu perubahan drastis dua sahabat ku ini...

sikap apa yang harus kuambil...????
kalau mengikuti prinsipku selama ini,
aku sangat saklek dengan prinsipku:
"tak mau berteman dengan muslim yang tidak peduli dengan shalat"

Tapi kali ini beda.
Kali ini dua sahabat terdekat ku....
Berubah menjadi dua orang asing yang tak ku kenal
Haruskah aku tinggalkan mereka begitu sajaa...?

Sungguh...
Sore itu aku tak seperti melihat dua sahabatku
Tapi seperti melihat dua wanita
yang stress dengan masalah-masalah mereka
dan mencari 'pelarian' yang salah...

Ya Allah... beritahu aku bagaimana harusnya ku bersikap...

Serpihan Hati

Uthopia- Serpihan Hati


Dimatamu
Aku tak bermakna
Tak punyai arti apa-apa
Kau hanya inginkanku
Saat kau perlu
Tak pernah berubah...

Kadang ingin
Kutinggalkan semua
Pedih hati
Menahan dusta

Diatas pedih ini
Aku sendiri
Selalu sendiri

Serpihan hati ini
Ku peluk erat
Akan ku bawa
Sampai ku mati

Memendam rasa ini
Sendirian
Ku Tak tahu mengapa aku
tak bisa melupakanmu

ku percaya
suatu hari nanti
aku akan merebut hatimu
walau harus menungu
sampai ku tak mampu
menunggumu lagi


serpihan hati ini ku peluk erat
akan kubawa sampai ku mati
memendam rasa ini sendirian
ku tak tahu mengapa aku tak mampu

serpihan hati ini ku peluk erat
akan ku bawa
sampai ku mati
memendam rasa ini
sendirian

ku tak tahu mengapa aku tak bisa
melupakanmu

dimatamu aku tak bermakna...


Cengkareng, 11 Agustus 2008
09.00 WIB