10/30/2014

How To Manage a Genius


 
“Salah seorang ulama muslimin di abad ini berkata: Tanyakan kepada sejarah, bukankah redupnya bintang peradaban kita tidak terjadi kecuali pada hari bersinarnya bintang para artis.” (DR. Thoriq As Suwaidan, Al Andalus At Tarikh Al Mushowwar)

Ketika para artis tampil seperti itu mendapat bayaran yg sangat fantastis, sedangkan peneliti berjibaku seperti apa, tdk mendapatkan penghargaan yg seharusnya. Ini bukan soal uangnya, tapi soal penghargaan terhadap “iqra bismirabbika alladhi khalaq”. Karena peradaban Islam dimulai dari sini, dari cendikiawan, peneliti, dari para ilmuwan. 

“Ilmu dihancurkan oleh hiburan. Nggak tau ya kalau ilmuwannya suka hiburan..” ujar Ust. Budi Ashari, Lc.  yang disambut tawa hadirin, sebagai kalimat penutup talkshow interaktif “How to Manage a Genius” pada Rabu, 29 Oktober 2014.

Talkshow interaktif yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan peringatan 1 Muharram ini terbilang cukup menarik. Perkataan sang ustadz dihadapan puluhan peneliti yang hadir dirasa sangat mengena ke hati nurani terdalam. Berikut saya share dalam tulisan singkat ini.

***

Penyebab kejatuhan islam berabad-abad silam adalah karena orang-orang pintarnya berselisih. Mereka bekerja karena uang, menulis karena uang, sekolah karena uang. Dengan begitu, mudah terjadi gesekan. Dengan cara begitulah islam jatuh! -> sampai kalimat ini jujur banyak dari hati nurani para hadirin tertohok malu karenanya. Tapi tenang, kata ust. Budi itu artinya bagus Anda masih punya hati nurani jika merasakan itu. Patut diakui, itulah yang menjadi penyakit besar semua orang berilmu. Kalau kita orientasinya dunia, mudah sekali terjadi gesekan. Tapi kalau kita orientasinya langit, tidak akan terjadi gesekan. 

Dunia, bahasa arab yang juga bahasa Al-Qur’an yang artinya: dekat, pendek. Kalau niatnya dunia itu sering melelahkan, karena berfikir pendek-pendek. Takkan pernah ada karya besar dengan niat atau cara berfikir seperti itu. Karena itu berfikir panjang supaya tidak melelahkan.

Orang yang berfikiran panjang dia tahu target akhirnya. Ketika dihina, dicaci, disikut, disalip, bahkan dia mempersilahkan orang menyalip “oh ya silahkan saya segini nggak apa-apa” . Nanti suatu saat di jalan dia bertemu sama orang itu, dlm keadaan orang itu sudah terkapar kelelahan duluan, karena berfikir pendek.

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58] : 11). Islam sangat menghormati orang yang berilmu. Namun Iblis tidak suka dengan orang yang menuntut  ilmu. Manusia di dorong untuk bodoh oleh iblis. 

Konon manusia melawan dengan cara menuntut ilmu, sekolah setinggi-tingginya. Iblis pun mendukung sampai setinggi-tingginya, kemudian dijatuhkan serendah-rendahnya lagi dengan cara menanamkan nilai di kepala kita “orientasi ilmunya untuk cari uang, cari dunia, bukan mencari ridho Alloh SWT”. Yang bodoh salah karena kebodohannya, yang pintar bahkan bisa jadi menolak kebenaran dengan ilmunya. Begitulah cara iblis menyesatkan manusia berilmu.

Jika iblis menggoda dari berbagai penjuru, maka di manakah tempat yang aman? Iblis tidak sanggup menyerang dari atas dan bawah. Kenapa? 

Dalam Qur’an surat Al Mulk, 67:5 disebutkan Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

“Saya nggak tau IQ nya iblis berapa yang jelas pengalamannya sudah banyak. File-file nya sudah banyak. Mau goda dari depan-kanan kiri tidak masalah. Orang-orang jadi senang memakai istilah iblis, sayap kiri, sayap kanan. Jadi ekstrimis-ekstrimis itu kerjaan iblis”. – Ust.Budi. 

Kalau ke atas kita mendekat pada Alloh SWT, iblis tidak bisa memotong itu. Kalau ke bawah sudah dikubur sudah selesai urusan dengan iblis. Maka tempat yang paling aman adalah di tengah-tengah. Karena itu, konsep islam selalu di tengah. “Kami jadikan kamu umat yang tengah”. Tengah bisa jadi yang benar. Tidak ekstrim pada suatu pemahaman, tidak ekstrim di kutub tertentu. 

Posisi tengah sangat penting dalam islam. Contoh dalam ekonomi ada dua kutub ekstrim berlawanan, kutub liberal dimana kepemilikan pribadi dibebaskan sebebas-bebasnya. Atau kutub sosialis dimana kepemilikan pribadi tidak diakui sama sekali. Islam di mana? Di tengah!

Demikian pula soal kepemimpinan, ada dua pemahaman ekstrim, Jabariyah yang menganggap manusia seperti wayang, tidak bergerak kecuali digerakkan oleh dalang. Serta Qadariyah, tidak ada takdir-takdiran, semua gimana usaha. Islam di mana? Di tengah-tengah.

Aqidah yang tengah, ummat yang tengah. Yang tengah itu yang terbaik.

Tergambar juga sedikit cerita tentang tempat dimana kejayaan ilmuwan islam berkumpul pada masa lalu,  yakni Baitul Hikmah di masa pemerintahan Bani Abbasiyah khususnya di masa khalifah Al-Makmun. Dimana saat itu merupakan puncak golden age kejayaan ilmu pengetahuan kaum muslimin. Ilmuwan islam tidak hanya menguasai satu bidang kepakaran saja, tak ada satupun ilmuwan yang hanya menguasai satu bidang, tapi tiap ilmuwan pasti menguasai beberapa bidang sekaligus. Istilahnya, Al-Lamah, pakar di semua bidang ilmu. Berbeda dengan profesor masa kini yang hanya menguasai satu bidang ilmu saja itupun hanya sub atau bagian terkecil tertentu saja.

Alloh SWT sangat menghargai ahli ilmu. Ditempatkan di tempat bergengsi. Ilmuwan islam pada masa itu sangat diperhatikan dan difasilitasi. Selain mendapat bayaran yang sangat tinggi, semua keluarganya ditanggung negara. Sampai rumput untuk kudanya pun disediakan oleh negara. Kalau ilmuwannya membuat buku hadiahnya bukan uang, melainkan ditimbang bukunya kemudian diberi hadiah emas seberat timbangan itu. Semua fasilitas untuk lembaga penelitian gratis. Termasuk makan bagi siapapun yang mau belajar di tempat itu.

Sesungguhnya inovasi telah dilahirkan sejak berabad-abad silam di masa kejayaan Islam dan dikembangkan sendiri oleh para ilmuwan Islam. Dan mereka (para ilmuwan), adalah ilmuwan yang cerdas dalam arti sebenarnya, karena mereka tidak berorientasi pendek untuk dunia saja melainkan orientasi jangka panjang untuk akhirat. Imam Syafii berkata bahkan mengemukakan bahwa “Jika kau punya hati yang qanaah maka kau dan raja dunia ini sama” 

Jadi untuk apakah kita berkarya? Untuk apakah kepintaran dan ke-geniusan yang dianugerahkan kepada kita dimanfaatkan? Apakah kita hanya akan memasang terget-target jangka pendek yang melelahkan, atau justru memasang target jangka panjang yang sesungguhnya?

Barangkali kita merupakan produk masa lalu dimana sejak kecil kita dijejali doktrin untuk bersekolah setinggi langit agar mendapatkan pekerjaan yang bagus. Sehingga kita menuntut ilmu atas dasar target duniawi. Tidak tulus karena Alloh SWT. Ini jelas salah besar. Mengapa salah niat itu bahaya? Jelas. Hadits sahih. Sudah dibahas panjang lebar oleh para ulama bahwa “Segala amalan itu tergantung niatnya.” Hanya sikap qanaah dan syukur yang dapat menyelamatkan kita dari niatan menyimpang sebagai ilmuwan.

Kejayaan ilmuwan islam di masa lalu mengatakan bahwa para ilmuwan meneliti dan mengkaji ilmu itu bersumber pada Al-QUr’an dan hadits. Pada masa itu, Al-Qur’an dan hadits menjadi acuan segala ilmu. 

Sebagai contoh, qur’an bilang akhir zaman akan banyak gempa maka peneliti mengembangkan bangunan tahan gempa jika peneliti itu visioner mengkaji qur’an untuk bahan penelitiannya. Tentang antibiotik pun telah disebutkan dalam hadits, kemudian peneliti dapat meneliti antibiotik yang bersumber dari tanah. Karena Rasulullah bilang kalau terkena najis anjing harus dicuci 8x salah satunya dengan tanah, karena tanah dapat mematikan kuman.

Jadi yang seharusnya dikirim ke pesantren untuk belajar dan mengkaji Al-qur’an adalah orang-orang cerdas. Agar ilmunya dapat digunakan untuk menyelamatkan umat manusia. Para ilmuwan dapat menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai acuan untuk bahan penelitian dan kajiannya.

Dengan kecerdasan intelektual (otak), kita bisa saling bertengkar. Tapi kalau masing2 merekat kerena iman, ga mungkin akan berantem. Karena iman adanya di hati. Karena Alloh SWT yg menyatukan hati. Karena itu berpeganglah ke "atas" (kpd AllohSWT) kuat2, maka inilah penyatuan hati yg luar biasa besar kekuatannya.






 




No comments: