4/02/2008

What a Life...

What a life…

Sudah lama sekali rasanya ku tak akrab dengan dunia luar. Ternyata benar, menghabiskan waktu dirumah, semakin membuat otak ini tumpul dan fikiran menjadi sempit. Yah, sesempit pemikiran ku beberapa bulan ini…
Hingga tibalah hari ini..

Hari ini, kembali ku sadari carut-marutnya Indonesia-ku tersayang… ternyata keadaan di negeri ini tak mengalami perubahan yang berarti, kendati kepemimpinan silih berganti. Tak terasa dampaknya bagi kami-kami “orang biasa” ini, yang tak ikut kecipratan indahnya kebijakan yang diambil orang-orang ‘diatas’ sana.

Dari dalam bus kota (dari Jakarta menuju Bekasi), khayalku tak henti-hentinya memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Disaat suasana politik semakin panas seiring detik-detik akhir pemerintahan rezim saat ini. Semua berebut simpati masyarakat dengan caranya masing-masing, semua berlomba saling menjatuhkan lawan-lawannya secara ‘cantik’.

Beberapa bulan menjadi TV-junkie, mual rasanya menyaksikan betapa para elit politik semakin egois dari hari-ke hari. Pusing rasanya mengingat-ingat bahwa pada dasarnya negeri ini sangat kaya sumber daya alam… Betapa sakit hati ini, menyaksikan saudara se-bangsa di beberapa bagian negeri ini, mengantri ratusan meter, ber jam-jam, berhari-hari, demi mendapatkan maksimal dua liter minyak tanah!!! Pedih hati ini, menyaksikan aparat keamanan ‘perang’ dengan para penerus intelektual negeri ini (mahasiswa-red)… Hati ini seperti disayat-sayat, menyaksikan korban Lumpur lapindo yang semakin ‘berontak’, karena semua milik mereka ludes ditelan lumpur panas…. Kian hari, kebijakan para penguasa kian tak bersahabat dengan rakyat kecil…

Tapi di bagian lain belahan negeri ini… masih banyak orang yang sanggup bergaya dengan mobil mewah, menunjukkan prestise dengan menenteng HP canggih keluaran terbaru, banyak juga yang sanggup dan tega menggerus kekayaan negara demi keuntungan pribadi. Bahkan penegak hukum pun sudah lazim ‘dibeli’!

Jurang kesejahteraan semakin besar… hingga rasanya tak mampu lagi diatasi… Adakah secuil harapan bagi kemakmuran negeri “zamrud khatulistiwa” ini? Akankah terjadi perubahan yang kita nanti? Masih bolehkah kita berharap pada para penguasa negeri ini…???

Bekasi, 02 April 2008

2 comments:

korban lapindo said...

Setelah dua tahun korban lapindo mengalami pengabaian dan pembiaran, apakah salah kalau kami tidak lagi percaya kepada mereka, para elit pengendali negeri ini?

Apakah salah kalau kami menentukan sendiri nilai-nilai dan norma-norma kami sendiri?

Ketika dialog, permintaan, desakan dan tuntutan tidak lagi berjalan dalam wahana demokrasi, bukankah satu-satunya asa, tinggallah... ANARKI???

korbanlapindo

alyudha said...

dah lama gak ng'blog euy hehehehhe