3/16/2009

Slumdog Millionaire

Kemarin baru sajah menonton film peraih 8 oscar tahun ini. Hmh..dari review yg saya baca di beberapa media, sudah saya duga, film seperti ini memang laku karna sesuai dengan selera pasar. meskipun di negara asalanya, film ini di demo juga karna dianggap menyebar 'aib' negara tersebut.

Salut buat Danny Boyle, sang sutradara. Dia bisa membuat frame Mumbai, sebuah daerah kumuh di India, sehingga menjadi sesuatu yg laku dijual. Faktanya, realitas kaum pinggiran, kumuh, terbelangkan, atau ekstrimnya, terzhalimi, memang selalu layak untuk dijual dan hampir bisa dipastikan, akan selalu laku keras.

Selama ada realitas -> ditambah hiperbola sana-sini supaya tambah seru -> dikemas dalam bentuk film layar lebar. Simple nya begitu. Tapi tentu saja, untuk meraih 8 oscar dan dinobatkan sbagai film terbaik, pastilah ada 'kerja keras' yang sangat luar biasa.

Dari sisi cerita, director of photography [DOP], director, editing, camera angle, dan lain-lain, satu kata: SALUT. Apalagi membayangkan proses mem frame kan satu-satu adegan per adegan nya. benar-benar mengerahkan konsentrasi yang sangat-sangat tinggi saya rasa.

Apalagi melihat potongan-potongan gambar yang telah utuh jadi film nya. saya membayangkan proses editing yang benar-benar sangat njelimet karna ini editing tingkat tinggi yang kreatif [whuz..pokoke kehabisan kata2]. ->mengingat waktu kuliah dulu sayah ngedit2 video clip, feature berita, dll yg simple gituh aja udah pusing sampe begadang.apalagi film inih..keren bgt...

Alurnya yang maju-mundur, menceritakan pemuda 16 tahun bernama Jamal Malik-berasal dari perkampungan kumuh muslim di India- yang mengikuti kuis 'who wants to be a millionaire'. Dan di sela-sela pertanyaan-pertanyaan itu, Jamal mengingat hal-hal yang terjadi dalam hidupnya, masa lalunya...dan semua pengalaman hidupnya itu ternyata berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam quis itu dan menghantarkannya menjadi seorang millyuner...

cerita yang sederhana, logis, dapat diterima dengan akal sehat. tidak mengawang-awang dan sangat dekat dengan realita masyarakat. Kekaguman saya terhadap tokoh jamal & kakaknya, Salim, yang hidup berkelana berdua dan melakukan pekerjaan yang kreatif untuk anak seumurannya... [meskipun si Salim ini brandal,brutal - jauh sama adiknya yg kalem & lurus2 aja n setia plus cinta mati sama 1gadis aja - tapi salut juga buat tokoh Salim, dia tetap melindungi adik kandungnya ini dalam kondisi apapun]..

Sayangnya, film ini banyak menyajikan adegan kekerasan n cukup sadis. Para orang tua tidak saya sarankan mengajak anaknya menonton film ini. Salah satu contoh adegan yg tidak layak ditonton anak-anak adalah ketika Salim menembak mavia penculik anak jalanan - saat Salim dan Jamal menyelamatkan teman mereka, Latisa - yang mau dijual keperawananannya sama si mavia ini. Ini terlalu sadis. Masa' anak kecil tiba2 punya pistol n ngerti gimana caranya membunuh tanpa menimbulkan kegaduhan! ini bener2 parah menurut saya.

Hmmh...mau saya kupas tuntas tapi nggak tega sama yg belum nonton.. ntar pada ngamuk2 lagi blum nonton udah saya ceritain lengkap;p

Intinya, menonton ini membutuhkan kedewasaan dalam pemahaman. Jadilah pengamat, bukan penikmat. Karna dengan menjadi pengamat, kemungkinan anda terkena efek negatif dari tayangan apapun yang ditonton, dapat direduksi dengan cukup signifikan ;)

1 comment:

Anonymous said...

aku belum nonton film ini katanya sih spektakuler,tapi kamu dah tonton red clift 1&2 blom,sepanjang aku tonton film kayanya film ini pantas disejajarkan dengan lord of the ring gak tau kalo dibandingin slumdog millionaire

nawa